Ada kabar cukup menarik dari Mahasiswa UGM Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Artina Prastiwi menemukan vaksin flu burung atau Avian Influenza H5N1 dengan memanfaatkan ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).
"Vaksin tersebut terbukti mampu menghambat perkembangan virus Avian Influenza (AI) hingga 87 persen. Selain telah teruji dalam skala laboratorium, vaksin itu juga lebih murah dibandingkan dengan vaksin kimia yang dijual di pasaran," kata Artina di Yogyakarta.
Menurut dia, vaksin AI di pasaran biasanya dibanderol Rp200.000 per 100 dosis, sedangkan vaksin temuannya hanya Rp75.000 per 100 dosis.
"Meskipun terbilang efektif dan murah, vaksin itu belum dipasarkan secara massal, karena masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti hasilnya," katanya.
Ia mengatakan vaksin itu memanfaatkan buah mahkota dewa, potensi lokal Indonesia, yang secara ilmiah telah terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh sebagai antivirus AI.
Kandungan saponin dalam buah mahkota dewa bermanfaat selain dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan vitalitas, juga bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri dan antivirus.
Menurut dia, untuk mendapatkan senyawa saponin, buah mahkota dewa dibuat ekstrak melalui penyulingan. Cara membuat antivirus dari ekstrak mahkota dewa itu diawali dengan penimbangan sesuai dosis yang dibutuhkan.
"Untuk dosis 10 mililiter diperlukan buah mahkota dewa kering sebanyak 100 gram per 100 mililiter air, atau kelipatannya yakni 100 gram per 1.000 mililiter. Selanjutnya, dilakukan penyulingan untuk mendapatkan ekstrak," katanya.
Setelah memperoleh ekstrak, dilakukan pengujian kadar saponin di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Ekstrak mahkota dewa harus mengandung kadar saponin 10 persen.
"Hasil saponin yang diperoleh itu yang digunakan sebagai bahan baku yakni pelarut suspense antigen virus AI. Kemudian yang digunakan sebagai vaksin adalah ekstrak mahkota dewa 0,2 mililiter," katanya.
Ia mengatakan pada awalnya uji coba dilakukan pada 30 telur ayam berembrio. Dari hasil uji tersebut diketahui telur yang diberi virus AI dan diberi tambahan saponin 10 persen dari ekstrak buah mahkota dewa 0,2 ml, setelah diinkubasi selama 35 hari diketahui embrio tidak mati, sehat, dan tanpa bekas luka.
Namun, telur yang disuntik dosis yang lebih tinggi 15 persen dan 20 persen, ternyata semua embrio mati dengan bentuk perdarahan seluruh tubuh, kekerdilan, dan cairan alantois keruh .
Menurut dia, sepuluh persen merupakan hasil terbaik untuk menghambat virus flu burung. Hal itu membuktikan bahwa kadar saponin yang digunakan harus tepat karena bisa menimbulkan keracunan jika diberikan dalam dosis besar.
"Setelah teruji aman pada telur, vaksin mengujikan pada ayam usia kurang dari 21 hari, dan hasilnya cukup menggembirakan. Ayam yang telah divaksin tidak ada satu pun yang mati," katanya.
Hasil penelitian itu akan dipresentasikan dalam seminar internasional yang digelar Amstecs di Jepang pada 19-20 Maret.
Semoga bisa dikembangkan dalam skala besar.ilmu untuk diamalkan dan emang untuk membantu sesama.
Cegah dan pelihara lingkungan itu yang utama.